Ketika kita berbicara tentang kebun sawit maka yang ada dalam pikiran
dan angan – angan kita adalah banyaknya uang yang kita dapatkan dari
hasil panen di kebun sawit (itu jika kita/masyarakat) yang
memiliki,mengelola dan memanfaatkannya sendiri, namun apa jadinya ketika
yang memiliki adalah Perusahan – Perusahan,dan dimanakah letak kelola
dan manfaat yang bisa di nikmati oleh masyarakat,khususnya Masyarakat
Adat dan terutama perempuan adat.
Dan ketika kita berbicara
tentang perempuan adat terkait dengan pengelolaan,hingga pemanfaatan
hasil hutannya, maka kita tidak akan bisa menjauhkan mereka dari sumber –
sumber penghidupannya.
Rotan sendiri bisa di dapatkan dari dalam hutan,tepi danau dan sungai serta rawa – rawa, namun setelah masuknya perusahaan – perusahaan sawit ke wilayah adat mereka,dan menutup rawa – rawa,danau serta sungai yang ada,maka hingga saat ini mereka mengalami kesulitan untuk mendapatkan rotan,karena tempat tumbuh dan berkembangnya rotan sudah beralih fungsi menjadi kebun sawit,dan mereka hanya menjadi buruh atau bahkan masih berjuang untuk merebut kembali hak atas wilayah adatnya,yang oleh penguasa pada era 1990 – 2000,tanah – tanah mereka diambil penguasaan dan pengelolaannya. Dan untuk mendapatkan rotan terpaksa mereka membeli dari Kabupaten lain di Kalimantan Tengah. Perlu kita ketahui bahwa rotan memiliki nilai ekonomi yang berkesinambungan baik di jadikan anyaman,maupun di jual utuh ke pasaran,dan kelompok anyaman rotan dampingan Ibu Mardiana Deren (Kelompok Pengrajin Rotan Ngamang Talam) hingga saat ini sudah menjual hasil karyanya di kampung – kampung di Kecamatan Dusun Timur,Pasar Tradisional di Kabupaten Barito Timur dan Gerai Nusantara AMAN – Jakarta.hal ini sebagai bentuk eksistensi rotan dari tangan – tangan Perempuan adat di tengah himpitan masifnya ekspansi perusahaan sawit di wilayah mereka.
Catatan ini saya dedikasikan untuk perempuan – perempuan yang terus berkarya dengan rotan di seluruh Nusantara,terutama untuk Ibu Mardiana Deren,Ekatni Etan Dana,Pipi Supeni,Sritiawati dan kawan – kawan yang tidak bisa saya sebutkan satu – persatu,sembari menunggu waktu rapat lanjutan persiapan Temu Nasional PEREMPUAN AMAN,saya mengajak Ibu Mardiana Deren yang juga sebagai Dewan Nasional PEREMPUAN AMAN Region Kalimantan,untuk menceritakan tentang anyaman rotan dari kelompok perempuan yang beliau dampingi.







Ahhh, dapat inspirator awak nih...
BalasHapusSekalian di ajari nantik cara mengelola blog ya kak..
Wkwkwk
Trmksih...
BalasHapuswaduhhh nanti kalo ada waktu kita sharing pengetahuannya ya..sama-sama masih belum fasih mengelola Blog.
BalasHapus