"Bersyukurlah Bahwa kita masih saling mendengarkan dan berkata
Bersyukurlah bahwa kita masih memijakkan kaki diatas bumi
Menghirup nafas alamNya”
“Memandang ke atas langit .. takjubkan hati
Merendahkan jiwa ini .. dan terilhami
Seperti (teduh) sepasang mata malaikat yang turut menangisi isi bumi
Tak ubahnya desir angin yang menerpa(menerjang)
Kekosongan dan kesunyian hati”
( Diatas Bumi Kita Berpijak - By Padi )
Manusia
pada dasarnya di namakan makhluk sosial yang paling sempurna diantara
ciptaan – ciptaaNya,dengan di bekali rasa,hati,panca indra dan
logika,yang dimana ada maksud dan tujuan dariNYa,begitu juga bumi
tercipta dan berisi segala rupa,untuk bisa di manfaatkan sebaik –
baiknya dan dengan cara yang bijaksana dalam pengelolaan serta
pemanfaatannya. Mengutip dari tulisan saudari Ika
Ningtyas,”Al-Qur’an surat al-Rahman ayat 10 berbunyi: “Bumi diciptakan
oleh Tuhan untuk semua makhluq.” Tapi di Indonesia, tanah banyak
dikuasai korporasi. Akibatnya konflik tanah terus bermunculan. Tahun
1970-2001 ada 1.753 konflik agraria. Mencakup luas tanah 10.892.203
hektare dan menyebabkan 1.189.482 keluarga menjadi korban.Di Era
Reformasi, konflik agraria terus berlangsung. Sepanjang sepuluh tahun
(2004 -2014), telah terjadi 1.391 konflik agraria di seluruh wilayah
Republik Indonesia. Areal konfliknya seluas 5.711.396 hektare dengan
korban lebih dari 926.700 kepala keluarga.(By Ika Ningtyas)”,dan juga
sedikit kutipan dari ALKITAB PERJANJIAN LAMA pada Pembukaan tentang
KEJADIAN di Pasal 1 “Allah Menciptakan Langit dan Bumi Beserta
Isinya”,Ayat 12 “Tanah itu menumbuhkan tunas – tunas muda,segala jenis
tumbuh-tumbuhan berbiji dan segala jenis pohon – pohonan yang
menghasilkan buah yang berbiji.Allah melihat bahwa semuanya itu baik”.
Dari kedua kutipan dalam dua Kitab yang tersebut diatas selayaknya kita
sebagai manusia bisa menterjemahkannya dengan bijaksana.
Namun
hingga saat ini kerusakan alam yang terjadi di Indonesia akibat dari
eksploitasi berskala masif masih berlangsung,dan menimbulkan tindakan –
tindakan kriminalisasi, kekerasan,perampasan atas Hak Hidup,Hak Kelola
dan bahkan penghilangan nyawa,karena mengandung banyak kepentingan di
dalamnya dengan dalih bahwa semua untuk kemakmuran rakyat di Indonesia
dan peningkatan perekonomian sebagai Negara berkembang yang mengikuti
standart Negara – Negara Adi Daya, seiring berjalannya waktu tindakan –
tindakan destruktif semakin meraja lela, dengan mengabaikan akan
keberlangsungan hidup Manusia dan Sumber – Sumber penghidupannya (ALAM),
tingkat pencemaran udara akibat polusi yang di hasilkan dari dunia
perindustrian juga semakin meluas,hutan – hutan yang beralih fungsi
menjadi lahan – lahan produksi bahkan di eksploitasi, masih dengan dalih
peningkatan dalam segi perekonomian.
Ketika kita kembalikan lagi
pada ayat – ayat dari dua kitab yang berbeda, maka manusia hendaknya
mengelola dan memanfaatkan tumbuhan,binatang yang ada di dalam wilayah
serta ruang – ruang hidup untuk memenuhi kebutuhan dan kehidupannya baik
untuk keluarga dan juga peningkatan perekonomiannya, Indonesia yang di
kenal dengan Negara Maritim dan Juga Agraris jika di lihat maka sumber –
sumber penghidupan kita amatlah melimpah jika di kelola dengan baik dan
bijaksana, nelayan,bertani,berburu dan meramu adalah kekayaan tradisi
daan budaya yang tidak bisa di tandingi oleh Negara lain, rakyat di
Indonesia yang hidup dan menyatu dengan alam di wilayahnya memiliki
pengetahuan – pengetahuan tradisional ( Traditional Knowladge ) dan juga
di dasari dengan kearifan – kearifan lokal (local wisdom) dalam
mengelolanya.
Pada “Jumat 23 Juli 2010,tujuh orang perempuan
di bawah todongan senjata dipaksa untuk membuka pakaiannya dengan dalih
mencari senjata oleh aparat kepolisian daerah Bengkulu dan Polres
Seluma.Intimidasi dan pelecehan seksual terjadi sebagai rentetan
sengketa tanah Desa Pring Baru,Kecamatan Talo Kecil,Kabupaten
Seluma,Bengkulu dengan PTPN VII Bengkulu,memperebutkan tanah seluan 518
hektar”(kutipan dari PENCERABUTAN SUMBER – SUMBER KEHIDUPAN,Komnas
Perempuan),dan masih banyak lagi kejadian – kejadian yang dialami
oleh Rakyat Indonesia terkait pengelolaan sumber daya alam yang
berhadapan dengan pengusaha dan pihak penguasa di wilayah – wilayah yang
tersebar di seluruh kepulauan Indonesia, hal tersebut belum lagi dampak
terhadap kesehatan akibat zat – zat kimia dan limbah – limbah pabrik
serta tambang,hilangnya ruang kelola karena di babat habis hutan – hutan
mereka di gantikan dengan kelapa sawit,karet dll.ikan – ikan tidak bisa
di hasilkan karena lautnya tercemari limbah beracun dari tambang dan
hilangnya mata pencaharian karena ruang – ruang penghidupan mereka
terampas dan di alih fungsikan.
Ruang – ruang dan konflik –
konflik yang terus menerus terjadi, semakin menimbulkan dampak yang
sangat menyedihkan, baik dari kemudahan terhadap pelayanan
pendidikan,kesehatan bahkan keamanan hingga saat ini masih belum
sepenuhnya di dapatkan oleh Masyarakat Adat dan Komunitas lokal yang
wilayahnya berhadapan langsung dengan ganasnya korporatokrasi, sehingga
jika melihat ketimpangan kesejahteraan masyarakat adat dan komunitas
lokal dengan perkotaan sangatlah terpampang nyata,dan ketika berbicara
kontekstual hubungan antara manusia dengan manusia,manusia dengan
alamnya, dan manusia dengan Tuhannya,bisa di kategorikan dalam kondisi
yang sangat memprihatinkan, Azas KETUHANAN semakin banyak di jadikan
ajang untuk pendiskriminasian dan pengeksploitasian terhadap ciptaanNya.
“Catatan
ini saya dedikasikan untuk kawan – kawan,sahabat,saudara – saudara saya
di seluruh Nusantara yang hingga saat ini masih terus melawan dan
mengalami pergulatan akan Hak Atas Tanah dan Wilayahnya,sangat berterima
kasih kepada Ika Ningtyas yang berjuang lewat tulisan – tulisannya
(Petani Bongkoran – Wongsorejo,Banyuwangi), Mbak Arimbi Heroeputri
(untuk tulisan – tulisan dan kajiannya di PENCERABUTAN SUMBER – SUMBER
KEHIDUPAN),Dody Setiawan Nur Hadi (Yang selalu mengajarkan arti
kehidupan,dan referensi syair lagu yang berkaitan antara manusia,alam
dan TuhanNya),Ellen Sahertian (yang telah meminjamkan
ALKITABnya),perempuan adat,tetua – tetua adat,pejuang – pejuang
Masyarakat Adat yang di kandangkan karena dalih melanggar perundang –
undangan,dan juga kawan – kawan AMAN di seluruh Nusantara”.
Selasa, 26 April 2016
“ALAM DAN KESERAKAHAN DALAM PENGELOLAAN”
18.26
No comments
Langganan:
Posting Komentar (Atom)






0 komentar:
Posting Komentar