Kota Depok tidak begitu jauh dari
Bogor, dan masih berada di sekitaran Ibu Kota Negara Republik Indonesia. Dan di
daerah ini terdapat sebuah lembaga atau LSM bernama EDAS, yang lebih tepatnya
LSM EDAS (Edukasi Dasar), dan lembaga ini berdiri sejak tahun 1993. Tujuan
berdirinya LSM EDAS ini adalah untuk membantu anak-anak dari masyarakat yang kurang mampu disekitaran
kampung tempat mereka tinggal untuk memberikan layanan dasar dalam pendidikan.
LSM EDAS ini di kelola oleh
seorang Ibu bernama Tien Suryantini, beliau seorang ibu dari 3 orang anak dan
juga Istri dari Bapak Nestor Rico Tambun (Wartawan Senior). Dalam kesehariannya
beliau meluangkan waktu untuk mengajarkan baca tulis dan berhitung kepada
anak-anak. Dan LSM EDAS ini sudah memiliki legalitas sejak Tahun 2005. Dalam perjalanannya
beliau dan juga Bapak Nestor bercerita, bahwasannya Sekolah ini didirikan atas
dasar keresahan mereka akan pentingnya pendidikan bagi anak-anak dari pemulung
yang tinggal di perkampungan kumuh tempat tinggal mereka.
Dan Hari minggu tepatnya tanggal
08 Mei 2016, kami berlima yaitu Jakob Siringgoringgo, Pretty Pancariani
Manurung, Lalu Kusuma Jayadi, Maya Bombong dan saya sendiri, berkunjung ke LSM
EDAS. Tujuan kami berkunjung selain ingin bersilaturahmi dengan Keluarga Bapak
Nestor Rico Tambun, akan tetapi juga ingin belajar tentang apa itu sekolah
alternative yang di kelola oleh LSM EDAS. Pada hari itu kami memiliki
kesempatan untuk bisa bertemu dengan anak didik mereka, dan kami diajak
bermain musik angklung dan Jimbe.
Mereka memainkan beberapa lagu yang dipersiapkan untuk perayaan kelulusan dari anak-anak LSM EDAS salah satunya Hymne Guru dengan menggunakan musik angklung, dalam kesempatan itu Pretty Pancariani Manurung yang juga seniman muda dari Tano Batak, yang juga jebolan Universitas Sumatera Utara, yang mencoba mengajarkan bagaimana bermain angklung dengan kompak kepada anak-anak LSM EDAS.
Mereka memainkan beberapa lagu yang dipersiapkan untuk perayaan kelulusan dari anak-anak LSM EDAS salah satunya Hymne Guru dengan menggunakan musik angklung, dalam kesempatan itu Pretty Pancariani Manurung yang juga seniman muda dari Tano Batak, yang juga jebolan Universitas Sumatera Utara, yang mencoba mengajarkan bagaimana bermain angklung dengan kompak kepada anak-anak LSM EDAS.
Banyak hal yang kami dapatkan
pada saat mengunjungi LSM EDAS, diantaranya bagaimana pelayananan pendidikan
dasar di Ibu Kota sangat mahal sehingga menyebabkan beberapa anak-anak dari
kaum miskin kota kesulitan mendapatkan pelayanan tersebut, dan faktor ekonomi
menjadi salah satu permasalahan utama sehingga menyebabkan ketidak pedulian
dari orang tua mereka akan pendidikan anak-anaknya.
Seperti yang dituturkan oleh Bapak Nestor Rico Tambun “Ibarat kata kita menggarami air laut”, namun kita terus telaten mencoba menemani anak-anak hingga bisa baca,tulis dan berhitung. Dan dari LSM EDAS ini sendiri, anak-anak yang lulus mendapatkan sertifikat kelulusan, untuk menjadi syarat masuk ke tingkatan Sekolah Dasar, ataupun jika tidak memiliki biaya mereka bisa mengikuti ujian atau sekolah persamaan seperti Paket C dan seterusnya.
Seperti yang dituturkan oleh Bapak Nestor Rico Tambun “Ibarat kata kita menggarami air laut”, namun kita terus telaten mencoba menemani anak-anak hingga bisa baca,tulis dan berhitung. Dan dari LSM EDAS ini sendiri, anak-anak yang lulus mendapatkan sertifikat kelulusan, untuk menjadi syarat masuk ke tingkatan Sekolah Dasar, ataupun jika tidak memiliki biaya mereka bisa mengikuti ujian atau sekolah persamaan seperti Paket C dan seterusnya.
Demikianlah sedikit cerita pada
saat mengunjungi dan belajar tentang sekolah atau pendidikan alternative, dan
hal ini sangat erat kaitannya dengan pendidikan alternative di Masyarakat Adat,
yang saat ini sedang di gagas oleh para penggerak pendidikan adat di seluruh
Nusantara, walaupun dengan permasalahan yang hampir sama dan bahkan berbeda. Karena
setiap wilayah masyarakat Adat memiliki permasalahan yang beragam serta budaya
yang beragam. Sehingga pentingnya pendidikan adat di setiap masyarakat adat
sudah selayaknya sesuai dengan kebutuhan dan budaya masyarakat adat itu
sendiri.
"Surti Handayani"







0 komentar:
Posting Komentar