Berkemas menuju tempat yang sama sekali tidak pernah
terbayangkan olehnya ( perempuan ),sesekali melirik jarum jam yang
melingkar di pergelangan tangannya, seolah - olah segala galau
berkecamuk di fikiran dan hatinya serasa akan meledak saat itu juga. di
sudut temaram dia terduduk menanti kendaraan yang akan mengantarkannya
menyebrangi lautan menuju tempat persinggahan untuk melanjutkan
perjalanannya.
sebelum mobil beranjak meninggalkan
kotanya, dia sempatkan mengucapkan terima kasih pada seorang lelaki
sahabatnya yang selama ini menjadi teman diskusi ringan di sela2
kesibukannya, ternyata hanya balasan yang sedikit menggores luka dan
menambah daftar sedih serta penyesalan di hatinya."seharusnya aku tidak berpamitan ke dia" ( lelaki ) sambil memandang sendu dari balik jendela mobil,dan
selalu terngiang dalam benaknya, dan penyesalan lah yang membuatnya tersadar
akan kenaifannya.
sandaran kursi kendaraan yang
mengantarnya sampai ke bandara menjadi saksi bergulatnya seribu tanya di
hati dan gumpalan - gumpalan tanya di kepala si perempuan. hingga tak
terasa sudah sampai di bandara,mencoba fokus pada perjalanannya saja,
menghapuskan sedih dan sesalnya. hingga terduduk di sudut ruang tunggu
sesekali bergumam dalam hati " seharusnya aku tidak mengirim pesan ke dia ( laki - laki ) hanya
untuk berterima kasih kalau hanya seperti ini" dengan menghela nafas
panjang.
tepat 1 jam tiba waktu keberangkatannya, di dalam
burung besi dia berusaha melupakan rasa sedih dan sesal yang sedang
bergelayut, dengan harapan bertemu sahabat - sahabatnya bisa sedikit
menghalau rasa itu. dari balik jendela burung besi dia memandang
rangkaian awan dan hembusan angin di bawah langit biru.
sesekali
terlihat gugusan gunung dan hamparan daratan serta luasnya bentang
lautan yang terlihat dari balik jendela burung besi yang sedang melaju
di atas awan - awan, tak sedetikpun dia lewatkan dan di abadikan ke dalam
benaknya, sesekali terucap " sungguh indah maha karyamu TUHAN" terdengar
lirih di sela - sela helaan nafasnya.
2 jam
perjalanannya menembus rangkaian awan - awan di angkasa dengan deru
mesin burung besi yang menemani, sampai juga di tempat yang dia tahu
hanya dari Peta atau berita di televisi,semua pengaman yang mengikatnya
selama perjalanan di lepaskan dengan bergegas dan berharap sahabat -
sahabatnya sudah terlebih dahulu tiba, " adik apa kabar??" sambil
berlari memeluk sahabatnya yang bernama "ayna", sambil bersenda gurau
dan membuat kegaduhan kecil di lobi bandara dua perempuan itu pun saling
berpelukan.
terasa penat dalam perjalanan dan harus
menunggu bus jemputan yang akan mengatarkannya bersama rombongan ke
suatu kota, membuat dia dan ayna berfikir untuk tiduran dan melantai di
lobi adalah ide yang paling nyaman, walau sesekali terdengar riuh rendah
tawa para sahabat yang lainnya karena juga merasa jenuh menunggu.kuarng
lebih 2 jam bus jemputan pun datang dengan segera dua perempuan itu
berlari kecil mencari tempat duduk yang strategis.
hingga
tengah malam baru bus yang mengantarkan rombongan tiba di penginapan,
dan kedua perempuan itu yang secara kebetulan satu kamar menuju tempat
beristirahat untuk melepaskan penat, melihat jadwal kegiatan yang masih
siang hari keduanya masih terlihat enggan untuk segera beranjak dari
tempat tidur.
acara demi acara di lalui dan semua
kesedihan di awal perjalanan sudah terlupakan, berganti dengan keceriaan
di mana dia bersenda gurau dengan sahabat - sahabat dan memulai kisah -
kisah dengan sahabat - sahabat yang baru di kenalnya, 2 hari melalui
hari - hari di kota orang sedikit membuatnya ceria, dan di tambah lagi
dia mendapatkan sahabat yang sangat dia kagumi, sahabat dari belahan
samudera.
hingga suatu saat kegiatan berpindah ke tempat
yang sangat indah, "NEGRI DI ATAS AWAN" perempuan itu membaca papan nama
di gedung mungil dekat panggung acara, ibu tuti yang menjadi ibu kost
selama beberapa hari di desa itu selalu tersenyum ketika melihat ulah
jahil kedua perempuan itu, sosok yang sederhana dan bekerja sebagai
tenaga pengajar di daerah atas awan ( puncak gunung ) membuat perempuan
itu selalu bertanya."ibu apa yang membuat ibu tetap bersemangat?",
mengingat lokasi sekolah yang berada di lembah dan kondisi jalanan yang
naik turun bukit, tidak semua perempuan mampu menjalani hari - hari
seperti itu, dan ibu tuti hanya menjawab singkat "di sini terdapat
kedamaian dan harus ikhlas dalam pengabdian".
hari - hari
berlalu, dalam langkah kecil bersama sahabatnya menyusuri jalanan ketika
malam hari terlihat gugusan bintang - bintang dalam edar galaksi bima
sakti, terlihat indah dan sangat damai walau tanpa sighnal untuk
berkomunikasi, tetap di jalani dengan kebahagiaan, "aku merasakan inilah
kehidupan sejati tanpa kekangan, tanpa pikiran dan tanpa aturan -
aturan protokoler kehidupan" ,sembari terus berjalan melalui hari - hari
dengan rangkaian kegiatan.
dinginnya udara tak membuatnya
menyerah, terkadang sesekali menghampiri ibu tuti yang sedang memasak
di tungku perapian, sungguh kehidupan yang sangat sederhana jauh dari
moderenitas melihat semangat ibu - ibu dari beranda rumah. walau
berjalan dengan menyibak kabut di pagi hari dengan dinginnya udara yang
menusuk hingga ke tulang tak menghalangi ibu - ibu beraktifitas,
dan itulah yang membuat perempuan itu kembali bersemangat.
menyusuri
lembah sembari bersenda gurau dan sesekali beraksi mengekspresikan kadar
narsis dalam diri, membuat perempuan itu mampu kembali tegar menghadapi
segala tantangan kehidupan sepulangnya nanti, sang waktu terus bergulir
hingga tiba di mana semua harus di kemas untuk menuju tempat
kelahirannya,ketika memeluk keluarga barunya di negeri atas awan membuat
air mata perempuan itu menetes, dan dalam hati dia hanya bisa berkata
"ibu suatu saat doakan bisa kembali memeluk kalian di sini, separuh dari
bagian jiwanya sudah terpaut di gugusan gunung, dalamnya lembah dan
putihnya awan desa ini".
tersimpan keelokan perempuan -
perempuan tangguh, di balik awan tersingkap seribu tabir kisah
perjuangan dan tersimpan sebuah kenangan indah yang sengaja di titipkan
oleh perempuan itu pada kokohnya deretan pegunungan, hanya sesekali
perempuan menatap gugusan gunung dan elang - elang yang melayang, menari
- narikan kepakan sayapnya di angkasa, mengiringi perjalanan pulang.
hingga
tiba saatnya perempuan harus melayang pergi meninggalkan sepenggal
kisah indahnya, "sesampai di pesawat dia berharap semua kenangan yang
tersisa akan musnah tersapu deru mesin burung besi ini", ratap
perempuan. terasa sungguh berat kakinya melangkah hingga seruan untuk
segera berangkat pun membuyarkan lamunanya. namun semua kesombongannya
berakhir dengan deraian air mata, ketika dia menatap dari balik jendela
burung besi.
tetesan air mata itu mengiringi perjalanannya
kembali membelah bentangan awan - awan di angkasa dan deru mesin burung
besi yang mengantarkan dia kembali ke kampung halamannya,"mampukah aku
menghampiri kota ini" pertanyaan yang selalu terbersit di hati perempuan
itu.mengkamlufasekan segala kesedihannya hingga sang surya berganti
rembulan dengan alunan langkah seolah kepastian dalam pergulatan
kehidupan, namun semua hanya impiannya untuk bisa berusaha tegar
menghadapi tantangan, perempuan itu hanya bisa berucap" indahnya
tersembunyi di balik awan".
Tahun berganti dan sang waktu yang terus begulir perempuan itu kembali menapakkan kakinya di kota yang telah memberikan berbagai kenangan, dan bertemu dengan sahabat yang selama ini hanya bisa dia ketahui kabar dari benda moderen bernama Hand Phone. kedatangannya bukanlah untuk mencari kisah indahnya namun kedatangannya hanya untuk mengikatkan tali persaudaraan. sesunting senyumnya sebagai tanda sang waktu telah memberinya jawaban pasti bahwa kisah indah itu hanyalah sepenggal dari perjalanan hidupnya, dimana kini perempuan yang selalu bersembunyi di balik awan - awan itu tetap meyakini bahwa "Kisah indah itu akan datang menghampirinya"
( Surty )