Minggu, 01 Mei 2016

PENTINGNYA MEMPERBAIKI SISTEM PENDIDIKAN DENGAN BERLANDASKAN KEBERAGAMAN DAN KEKAYAAN BUDAYA DI INDONESIA



 Sejarah pendidikan dimulai dari masa kanak-kanak, dan melacak jejak perkembangan intelektualnya selangkah demi selangkah hingga saat ini. Sejarah pendidikan bersifat akademis dalam hal karakter, dan member informasi yang berhubungan dengan sistem, metode, teori, dan praktik pendidikan dimasa lalu. Sejarah pendidikan sebaiknya diberikan paling awal dalam mata pelajaran pedagogis professional, berfungsi sebagai landasan untuk ilmu pengetahuan pedidikan yang lebih maju yang diperoleh melalui pengalaman umat manusia.” (mengutip dari pendahuluan buku tentang History Of Eduation-Levi Seeley).
“Sejarah dunia adalah sejarah perkembangan jiwa manusia. Cara perkembangan ini sama di semua ras dan individu; hukum yang sama, karena pemikiran mendalam yang sama, berlaku dalam individu, dalam diri seseorang, dan umat manusia. Umat manusia, sebagai individu, memiliki tingkat kemajuannya sendiri, dan tingkat kemajuan muncul sendiri dalam diri mereka. Individu sebagai seorang anak bukanlah makhluk yang rasional; ia menjadi rasional. Anak belum bisa menguasai diri mereka sendiri, tetapi lingkungan adalah tuannya; ia bukanlah milik dirinya, tetapi milik lingkungannya.” (Mengutip dari kata-kata Karl Scmidt dalam buku tentang History Of education-Levi Seeley).
Membaca dari dua kutipan tersebut diatas, maka ketika kita berbicara tentang Pendidikan. Hal ini menjadi satu-kesatuan utuh yang tidak bisa kita lepaskan begitu saja antara anak dengan lingkungan dan juga bagaimana pendidikan memiliki peranan penting dalam perjalanan umat manusia untuk terus belajar melalui pengalaman-pengalaman yang dilalui setiap harinya. Bentuk dan metode dalam memberikan pembelajaran kepada anak-anak semakin beragam, namun ada salah satu kutipan dari Pedagogi Rousseau Tahun 1749 di Buku Levi Seeley. tentang “Emile seorang anak berusia dua belas tahun , bahwa ia belum belajar membedakan tangan kanan dan tangan kirinya.” Buku sepenuhnya dilarang, dan sungguh buku tidak berguna baginya karena ia tidak bisa membaca; satu-satunya pengetahuan intelektual yang anak peroleh adalah pengetahuan yang berasal dari hal-hal yang dialaminya”.
Akan tetapi seiring perkembangan jaman, pendidikan menjadi hal yang sangat penting dan pendidikan adalah hak dasar setiap warga Negara di seluruh Dunia. Di Indonesia sendiri ketika berbicara tentang Pendidikan, mulai dari Wajib Belajar hingga program-program pengentasan buta huruf telah dicanangkan dan dilaksanakan di seluruh penjuru Negeri. Namun berbicara layanan pendidikan hingga saat ini belum sepenuhnya terlayani dan terpenuhi. Hal ini khususnya dialami oleh Masyarakat Adat yang tinggal di daerah yang sulit di jangkau oleh transportasi dan juga permasalahan-permasalahan Administrasi Negara yang masih dihadapi oleh beberapa Masyarakat Adat di beberapa wilayah di Indonesia. Itikad baik dari Pemerintah khusus Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan Permendikbud Nomor 72 tahun 2013 tentang Pendidikan Layanan Khusus. Dimana hal ini untuk menjawab permasalahan yang dihadapi anak-anak di daerah-daerah yang tidak terjangkau oleh pendidikan formal.
Belum lagi bentuk-bentuk penyeragaman dalam metode dan sistem pendidikan selama ini, yang menjadi penyebab terkikisnya pengetahuan akan budaya dan sejarah di Masyarakat Adat khususnya mereka yang berada di luar Pulau Jawa. Hingga banyak insiasi-inisiasi dari Pemuda dan Pemudi khususnya di Masyarakat Adat untuk memberikan layanan pendidikan kepada komunitas Adatnya, dengan mengajarkan literasi karena masih banyak masyarkat adat yang tidak bisa membaca dan menulis, khususnya orang-orang tua, kembali menggali sejarah di komunitas adatnya, mengajarkan keseniannya, dan kembali belajar tentang pengetahuan tradisional di wilayah adatnya.
Seperti yang dilakukan oleh Boy Raja Marpaung-Ruma Parguruan di Kabupaten Tobasa-Tano Batak, Sri Tiawati-Sekolah Adat Punan Sumeriot di Kalimantan Utara, Nedine Helena Sulu-Sekolah Adat Koha di Minahasa, Modesta Wisa-Sekolah Adat Semabue di Kalimantan Barat, Syaiful Salehudink-Sekolah Bohonglangi’ di Sulawesi Selatan, Faris Bobero-Literasi Halmahera dari Maluku Utara.  Pemuda dan Pemudi diatas merupakan penggerak dalam Pendidikan yang berusaha untuk menjawab keresahan akan  permasalahan yang dihadapi di kampungnya. Melalui sekolah-sekolah adat dan rumah-rumah belajar mereka berusaha mengembalikan Pendidikan pada khitahnya. Dimana Pendidikan yang kembali dengan mengajarkan akan budaya,pengetahuan tradisional serta sejarah di wilayahnya adalah langkah untuk mengembalikan jati diri serta pengetahuan pada anak-anak dan juga kepada orang-orang tua yang tujuannya untuk menjaga serta mempertahankan wilayah adatnya.
Pentingnya pendidikan bagi seluruh Rakyat di Indonesia. Selayaknya disesuaikan dengan keberagaman dari kekayaan budaya dan juga keragaman ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat, khususnya masyarakat adat. Dan yang seharusnya ketika menerapkan sistem pendidikan sudah seharusnya menyesuaikan dengan keberagaman tersebut. Dan untuk memperkaya gagasan-gagasan serta ide tentang bagaimana metode pembelajaran di sekolah adat. Pada tanggal 19-23 Maret 2016 dilaksanakan Retret Metodologi Pendidikan Adat yang berlokasi di Kasepuhan Ciptagelar-Jawa Barat, yang diselenggarakan bersama antara AMAN,BPAN,LifeMosaic serta The Samdhana Institute, kegiatan ini bertujuan untuk Memunculkan gagasan tentang Pendidikan Adat; Serta berbagi pengalaman, memperkaya wawasan dan saling memperkuat kemampuan antar Penggerak Pendidikan Adat untuk menciptakan Pendidikan Adat yang mendukung kedaulatan, kemandirian, martabat dan identitas masyarakat adat. dan kegiatan ini diikuti 15 Pemuda dan Pemudi adat penggerak pendidikan adat di Nusantara.

Catatan ini saya persembahkan untuk semua penggerak pendidikan di komunitas masyarakat adat. yang telah mendedikasikan hidupnya untuk mencerdaskan generasi penerus masyarakat adat, yang mendedikasikan hidupnya untuk terus berjuang mempertahankan wilayah adatnya dari ancaman investasi dan perusahaan-perusahaan yang telah merebut wilayah adatnya, "Semua Orang Itu Guru,Alam Raya Sekolahku", "LongLifeEducation" dan Selamat Hari Pendidikan untuk kita semua.

"Surti Handayani"










0 komentar:

Posting Komentar