“Sejarah
pendidikan dimulai dari masa kanak-kanak, dan melacak jejak perkembangan
intelektualnya selangkah demi selangkah hingga saat ini. Sejarah pendidikan
bersifat akademis dalam hal karakter, dan member informasi yang berhubungan
dengan sistem, metode, teori, dan praktik pendidikan dimasa lalu. Sejarah
pendidikan sebaiknya diberikan paling awal dalam mata pelajaran pedagogis professional,
berfungsi sebagai landasan untuk ilmu pengetahuan pedidikan yang lebih maju
yang diperoleh melalui pengalaman umat manusia.” (mengutip dari pendahuluan
buku tentang History Of Eduation-Levi Seeley).
“Sejarah dunia adalah sejarah perkembangan jiwa manusia. Cara perkembangan
ini sama di semua ras dan individu; hukum yang sama, karena pemikiran mendalam
yang sama, berlaku dalam individu, dalam diri seseorang, dan umat manusia. Umat
manusia, sebagai individu, memiliki tingkat kemajuannya sendiri, dan tingkat
kemajuan muncul sendiri dalam diri mereka. Individu sebagai seorang anak
bukanlah makhluk yang rasional; ia menjadi rasional. Anak belum bisa menguasai
diri mereka sendiri, tetapi lingkungan adalah tuannya; ia bukanlah milik
dirinya, tetapi milik lingkungannya.” (Mengutip dari kata-kata Karl Scmidt
dalam buku tentang History Of education-Levi Seeley).
Membaca dari dua kutipan tersebut
diatas, maka ketika kita berbicara tentang Pendidikan. Hal ini menjadi
satu-kesatuan utuh yang tidak bisa kita lepaskan begitu saja antara anak dengan
lingkungan dan juga bagaimana pendidikan memiliki peranan penting dalam
perjalanan umat manusia untuk terus belajar melalui pengalaman-pengalaman yang
dilalui setiap harinya. Bentuk dan metode dalam memberikan pembelajaran kepada
anak-anak semakin beragam, namun ada salah satu kutipan dari Pedagogi Rousseau Tahun
1749 di Buku Levi Seeley. tentang “Emile
seorang anak berusia dua belas tahun , bahwa ia belum belajar membedakan tangan
kanan dan tangan kirinya.” Buku sepenuhnya dilarang, dan sungguh buku tidak
berguna baginya karena ia tidak bisa membaca; satu-satunya pengetahuan
intelektual yang anak peroleh adalah pengetahuan yang berasal dari hal-hal yang
dialaminya”.
Akan tetapi seiring perkembangan
jaman, pendidikan menjadi hal yang sangat penting dan pendidikan adalah hak dasar setiap warga Negara
di seluruh Dunia. Di Indonesia sendiri ketika berbicara tentang Pendidikan,
mulai dari Wajib Belajar hingga program-program pengentasan buta huruf telah
dicanangkan dan dilaksanakan di seluruh penjuru Negeri. Namun berbicara layanan
pendidikan hingga saat ini belum sepenuhnya terlayani dan terpenuhi. Hal ini
khususnya dialami oleh Masyarakat Adat yang tinggal di daerah yang sulit di
jangkau oleh transportasi dan juga permasalahan-permasalahan Administrasi
Negara yang masih dihadapi oleh beberapa Masyarakat Adat di beberapa wilayah di
Indonesia. Itikad baik dari Pemerintah khusus Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan mengeluarkan Permendikbud Nomor 72 tahun 2013 tentang Pendidikan
Layanan Khusus. Dimana hal ini untuk menjawab permasalahan yang dihadapi
anak-anak di daerah-daerah yang tidak terjangkau oleh pendidikan formal.
Belum lagi bentuk-bentuk
penyeragaman dalam metode dan sistem pendidikan selama ini, yang menjadi
penyebab terkikisnya pengetahuan akan budaya dan sejarah di Masyarakat Adat
khususnya mereka yang berada di luar Pulau Jawa. Hingga banyak insiasi-inisiasi
dari Pemuda dan Pemudi khususnya di Masyarakat Adat untuk memberikan layanan
pendidikan kepada komunitas Adatnya, dengan mengajarkan literasi karena masih
banyak masyarkat adat yang tidak bisa membaca dan menulis, khususnya
orang-orang tua, kembali menggali sejarah di komunitas adatnya, mengajarkan
keseniannya, dan kembali belajar tentang pengetahuan tradisional di wilayah
adatnya.
Seperti yang dilakukan oleh Boy
Raja Marpaung-Ruma Parguruan di Kabupaten Tobasa-Tano Batak, Sri
Tiawati-Sekolah Adat Punan Sumeriot di Kalimantan Utara, Nedine Helena
Sulu-Sekolah Adat Koha di Minahasa, Modesta Wisa-Sekolah Adat Semabue di
Kalimantan Barat, Syaiful Salehudink-Sekolah Bohonglangi’ di Sulawesi Selatan, Faris Bobero-Literasi Halmahera dari Maluku Utara. Pemuda dan Pemudi diatas merupakan penggerak
dalam Pendidikan yang berusaha untuk menjawab keresahan akan permasalahan yang dihadapi di kampungnya. Melalui
sekolah-sekolah adat dan rumah-rumah belajar mereka berusaha mengembalikan
Pendidikan pada khitahnya. Dimana Pendidikan yang kembali dengan mengajarkan
akan budaya,pengetahuan tradisional serta sejarah di wilayahnya adalah langkah
untuk mengembalikan jati diri serta pengetahuan pada anak-anak dan juga kepada
orang-orang tua yang tujuannya untuk menjaga serta mempertahankan wilayah adatnya.
Pentingnya pendidikan
bagi seluruh Rakyat di Indonesia. Selayaknya disesuaikan dengan keberagaman
dari kekayaan budaya dan juga keragaman ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh
masyarakat, khususnya masyarakat adat. Dan yang seharusnya ketika menerapkan
sistem pendidikan sudah seharusnya menyesuaikan dengan keberagaman tersebut. Dan
untuk memperkaya gagasan-gagasan serta ide tentang bagaimana metode
pembelajaran di sekolah adat. Pada tanggal 19-23 Maret 2016 dilaksanakan Retret
Metodologi Pendidikan Adat yang berlokasi di Kasepuhan Ciptagelar-Jawa Barat,
yang diselenggarakan bersama antara AMAN,BPAN,LifeMosaic serta The Samdhana
Institute, kegiatan ini bertujuan untuk Memunculkan gagasan tentang Pendidikan
Adat; Serta berbagi pengalaman, memperkaya wawasan dan saling memperkuat
kemampuan antar Penggerak Pendidikan Adat untuk menciptakan Pendidikan Adat
yang mendukung kedaulatan, kemandirian, martabat dan identitas masyarakat adat. dan kegiatan ini diikuti 15 Pemuda dan Pemudi adat penggerak pendidikan adat di Nusantara.
Catatan ini saya persembahkan untuk semua penggerak pendidikan di komunitas masyarakat adat. yang telah mendedikasikan hidupnya untuk mencerdaskan generasi penerus masyarakat adat, yang mendedikasikan hidupnya untuk terus berjuang mempertahankan wilayah adatnya dari ancaman investasi dan perusahaan-perusahaan yang telah merebut wilayah adatnya, "Semua Orang Itu Guru,Alam Raya Sekolahku", "LongLifeEducation" dan Selamat Hari Pendidikan untuk kita semua.
"Surti Handayani"






0 komentar:
Posting Komentar