Senin, 05 Desember 2016
Rabu, 08 Juni 2016
RITUAL ADAT PO’O (RITUAL SEBELUM PENANAMAN PADI/JAGUNG) KOMUNITAS ADAT BOAFEO-NTT
03.04
No comments
Ritual adat Po’o biasa
dilakukan pada bulan oktober sebelum
proses penanaman padi atau jagung disetiap tahunnya. Ritual adat ini dilaksanakan sebelum proses awal menanam padi atau jagung. Ritual Po’o ini melibatkan Tetua-Tetua Adat,
pemerintah desa, dan seluruh masyarakat
di komunitas Boafeo.
Proses ritual ini dilaksanakan di tempat khusus
yang sudah menjadi tempat ritual turun-temurun. Sebelum ritual Po’o
dilaksanakan, hari sebelumya masyarakat harus mempersiapakan bahan-bahan dan keperluan
untuk ritual seperti mengumpulkan kayu
bakar, mempersiapkan tungku, menyiapkan bambu yang menjadi wadah untuk memasak
nasi , beras, 1 ekor ayam tiap keluarga yang sudah memiliki
tanah garapan. Setelah bahan untuk ritual terkumpul, masyarakat berkelompok
membuat tungku. Satu kelompok biasanya terdiri dari tiga samapi empat keluarga.
Proses ritual biasanya dimulai pada jam 06.00 pagi. Semua
masyarakat berkumpul di tempat ritual.
Kemudian Mosalaki (Tetua Adat) menyalakan api pada tungkunya, setelah
api menyala disebarkan ke tungku masyarakat lain untuk memulai proses memasak.
Beras dimasukkan ke dalam bambu kemudian dibakar (Bheto). Masing-masing
kelompok memasak pada tungkunya.
Mosalaki
membuat masakan khusus untuk disajikan kepada leluhur. Saat semua
kelompok selesai memasak, proses ritual bisa dilaksanakan. Ritual Po’o
dilakukan dengan memberi makan kepada leluhur dengan cara melemparkan makanan
tersebut ke tempat yang dipercayai sebagai kuburan leluhur(nenek moyang) yang diwakili oleh Mosalaki sebagai ungkapan
terima kasih kepada leluhur yang sudah mewariskan tanah garapan sebagai sumber
kehidupan mereka.
Jika ritual tersebut dilanggar maka, semua tanaman akan
hancur dan tidak membuahkan hasil.
Proses ritual selanjutnya adalah Rokaniku (pengusiran hama). Rokaniku ini
dilakukan di sungai terdekat dari tempat ritual. Dalam proses ini masyarakat
harus menangkap belalang terlebih dahulu, kemudian mencari daun yang ukurannya
lebar. Daun tersebut dibentuk menyerupai perahu, belalang dimasukkan ke dalam perahu tersebut
kemudian dihanyutkan ke sungai.
Belalang adalah salah satu hama yang sering
merusak tanaman. Karena itu proses Rokaniku ini dipercaya dapat menyelamatkan tanaman dari serangan
hama. Setelah itu masyakat kembali ke tempat ritual sebelumnya, dalam perjalan
mereka bernyanyi lagu NGGO DOWE (lagu untuk menyambut penanaman). Saat mereka
sampai di tempat ritual mereka makan bersama sambil mendengarkan arahan-arahan
dari Tetua Adat dan tokoh pemerintah setempat. Saat itulah masyarakat bisa
melakukan penanaman di lahan garapan mereka.
Tulisan dari “Mayasari Bombong” (Peserta magang Divisi Pendidikan Masyarakat Adat-AMAN)
dari Komunitas Adat
Tawalian-Mamasa, Sulawesi Barat
08 Juni 2016
Minggu, 08 Mei 2016
BERKUNJUNG DAN BELAJAR KE LSM EDAS (Edukasi Dasar) Kota Depok
23.51
No comments
Kota Depok tidak begitu jauh dari
Bogor, dan masih berada di sekitaran Ibu Kota Negara Republik Indonesia. Dan di
daerah ini terdapat sebuah lembaga atau LSM bernama EDAS, yang lebih tepatnya
LSM EDAS (Edukasi Dasar), dan lembaga ini berdiri sejak tahun 1993. Tujuan
berdirinya LSM EDAS ini adalah untuk membantu anak-anak dari masyarakat yang kurang mampu disekitaran
kampung tempat mereka tinggal untuk memberikan layanan dasar dalam pendidikan.
LSM EDAS ini di kelola oleh
seorang Ibu bernama Tien Suryantini, beliau seorang ibu dari 3 orang anak dan
juga Istri dari Bapak Nestor Rico Tambun (Wartawan Senior). Dalam kesehariannya
beliau meluangkan waktu untuk mengajarkan baca tulis dan berhitung kepada
anak-anak. Dan LSM EDAS ini sudah memiliki legalitas sejak Tahun 2005. Dalam perjalanannya
beliau dan juga Bapak Nestor bercerita, bahwasannya Sekolah ini didirikan atas
dasar keresahan mereka akan pentingnya pendidikan bagi anak-anak dari pemulung
yang tinggal di perkampungan kumuh tempat tinggal mereka.
Dan Hari minggu tepatnya tanggal
08 Mei 2016, kami berlima yaitu Jakob Siringgoringgo, Pretty Pancariani
Manurung, Lalu Kusuma Jayadi, Maya Bombong dan saya sendiri, berkunjung ke LSM
EDAS. Tujuan kami berkunjung selain ingin bersilaturahmi dengan Keluarga Bapak
Nestor Rico Tambun, akan tetapi juga ingin belajar tentang apa itu sekolah
alternative yang di kelola oleh LSM EDAS. Pada hari itu kami memiliki
kesempatan untuk bisa bertemu dengan anak didik mereka, dan kami diajak
bermain musik angklung dan Jimbe.
Mereka memainkan beberapa lagu yang dipersiapkan untuk perayaan kelulusan dari anak-anak LSM EDAS salah satunya Hymne Guru dengan menggunakan musik angklung, dalam kesempatan itu Pretty Pancariani Manurung yang juga seniman muda dari Tano Batak, yang juga jebolan Universitas Sumatera Utara, yang mencoba mengajarkan bagaimana bermain angklung dengan kompak kepada anak-anak LSM EDAS.
Mereka memainkan beberapa lagu yang dipersiapkan untuk perayaan kelulusan dari anak-anak LSM EDAS salah satunya Hymne Guru dengan menggunakan musik angklung, dalam kesempatan itu Pretty Pancariani Manurung yang juga seniman muda dari Tano Batak, yang juga jebolan Universitas Sumatera Utara, yang mencoba mengajarkan bagaimana bermain angklung dengan kompak kepada anak-anak LSM EDAS.
Banyak hal yang kami dapatkan
pada saat mengunjungi LSM EDAS, diantaranya bagaimana pelayananan pendidikan
dasar di Ibu Kota sangat mahal sehingga menyebabkan beberapa anak-anak dari
kaum miskin kota kesulitan mendapatkan pelayanan tersebut, dan faktor ekonomi
menjadi salah satu permasalahan utama sehingga menyebabkan ketidak pedulian
dari orang tua mereka akan pendidikan anak-anaknya.
Seperti yang dituturkan oleh Bapak Nestor Rico Tambun “Ibarat kata kita menggarami air laut”, namun kita terus telaten mencoba menemani anak-anak hingga bisa baca,tulis dan berhitung. Dan dari LSM EDAS ini sendiri, anak-anak yang lulus mendapatkan sertifikat kelulusan, untuk menjadi syarat masuk ke tingkatan Sekolah Dasar, ataupun jika tidak memiliki biaya mereka bisa mengikuti ujian atau sekolah persamaan seperti Paket C dan seterusnya.
Seperti yang dituturkan oleh Bapak Nestor Rico Tambun “Ibarat kata kita menggarami air laut”, namun kita terus telaten mencoba menemani anak-anak hingga bisa baca,tulis dan berhitung. Dan dari LSM EDAS ini sendiri, anak-anak yang lulus mendapatkan sertifikat kelulusan, untuk menjadi syarat masuk ke tingkatan Sekolah Dasar, ataupun jika tidak memiliki biaya mereka bisa mengikuti ujian atau sekolah persamaan seperti Paket C dan seterusnya.
Demikianlah sedikit cerita pada
saat mengunjungi dan belajar tentang sekolah atau pendidikan alternative, dan
hal ini sangat erat kaitannya dengan pendidikan alternative di Masyarakat Adat,
yang saat ini sedang di gagas oleh para penggerak pendidikan adat di seluruh
Nusantara, walaupun dengan permasalahan yang hampir sama dan bahkan berbeda. Karena
setiap wilayah masyarakat Adat memiliki permasalahan yang beragam serta budaya
yang beragam. Sehingga pentingnya pendidikan adat di setiap masyarakat adat
sudah selayaknya sesuai dengan kebutuhan dan budaya masyarakat adat itu
sendiri.
"Surti Handayani"
Minggu, 01 Mei 2016
PENTINGNYA MEMPERBAIKI SISTEM PENDIDIKAN DENGAN BERLANDASKAN KEBERAGAMAN DAN KEKAYAAN BUDAYA DI INDONESIA
12.26
No comments
“Sejarah
pendidikan dimulai dari masa kanak-kanak, dan melacak jejak perkembangan
intelektualnya selangkah demi selangkah hingga saat ini. Sejarah pendidikan
bersifat akademis dalam hal karakter, dan member informasi yang berhubungan
dengan sistem, metode, teori, dan praktik pendidikan dimasa lalu. Sejarah
pendidikan sebaiknya diberikan paling awal dalam mata pelajaran pedagogis professional,
berfungsi sebagai landasan untuk ilmu pengetahuan pedidikan yang lebih maju
yang diperoleh melalui pengalaman umat manusia.” (mengutip dari pendahuluan
buku tentang History Of Eduation-Levi Seeley).
“Sejarah dunia adalah sejarah perkembangan jiwa manusia. Cara perkembangan
ini sama di semua ras dan individu; hukum yang sama, karena pemikiran mendalam
yang sama, berlaku dalam individu, dalam diri seseorang, dan umat manusia. Umat
manusia, sebagai individu, memiliki tingkat kemajuannya sendiri, dan tingkat
kemajuan muncul sendiri dalam diri mereka. Individu sebagai seorang anak
bukanlah makhluk yang rasional; ia menjadi rasional. Anak belum bisa menguasai
diri mereka sendiri, tetapi lingkungan adalah tuannya; ia bukanlah milik
dirinya, tetapi milik lingkungannya.” (Mengutip dari kata-kata Karl Scmidt
dalam buku tentang History Of education-Levi Seeley).
Membaca dari dua kutipan tersebut
diatas, maka ketika kita berbicara tentang Pendidikan. Hal ini menjadi
satu-kesatuan utuh yang tidak bisa kita lepaskan begitu saja antara anak dengan
lingkungan dan juga bagaimana pendidikan memiliki peranan penting dalam
perjalanan umat manusia untuk terus belajar melalui pengalaman-pengalaman yang
dilalui setiap harinya. Bentuk dan metode dalam memberikan pembelajaran kepada
anak-anak semakin beragam, namun ada salah satu kutipan dari Pedagogi Rousseau Tahun
1749 di Buku Levi Seeley. tentang “Emile
seorang anak berusia dua belas tahun , bahwa ia belum belajar membedakan tangan
kanan dan tangan kirinya.” Buku sepenuhnya dilarang, dan sungguh buku tidak
berguna baginya karena ia tidak bisa membaca; satu-satunya pengetahuan
intelektual yang anak peroleh adalah pengetahuan yang berasal dari hal-hal yang
dialaminya”.
Akan tetapi seiring perkembangan
jaman, pendidikan menjadi hal yang sangat penting dan pendidikan adalah hak dasar setiap warga Negara
di seluruh Dunia. Di Indonesia sendiri ketika berbicara tentang Pendidikan,
mulai dari Wajib Belajar hingga program-program pengentasan buta huruf telah
dicanangkan dan dilaksanakan di seluruh penjuru Negeri. Namun berbicara layanan
pendidikan hingga saat ini belum sepenuhnya terlayani dan terpenuhi. Hal ini
khususnya dialami oleh Masyarakat Adat yang tinggal di daerah yang sulit di
jangkau oleh transportasi dan juga permasalahan-permasalahan Administrasi
Negara yang masih dihadapi oleh beberapa Masyarakat Adat di beberapa wilayah di
Indonesia. Itikad baik dari Pemerintah khusus Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan mengeluarkan Permendikbud Nomor 72 tahun 2013 tentang Pendidikan
Layanan Khusus. Dimana hal ini untuk menjawab permasalahan yang dihadapi
anak-anak di daerah-daerah yang tidak terjangkau oleh pendidikan formal.
Belum lagi bentuk-bentuk
penyeragaman dalam metode dan sistem pendidikan selama ini, yang menjadi
penyebab terkikisnya pengetahuan akan budaya dan sejarah di Masyarakat Adat
khususnya mereka yang berada di luar Pulau Jawa. Hingga banyak insiasi-inisiasi
dari Pemuda dan Pemudi khususnya di Masyarakat Adat untuk memberikan layanan
pendidikan kepada komunitas Adatnya, dengan mengajarkan literasi karena masih
banyak masyarkat adat yang tidak bisa membaca dan menulis, khususnya
orang-orang tua, kembali menggali sejarah di komunitas adatnya, mengajarkan
keseniannya, dan kembali belajar tentang pengetahuan tradisional di wilayah
adatnya.
Seperti yang dilakukan oleh Boy
Raja Marpaung-Ruma Parguruan di Kabupaten Tobasa-Tano Batak, Sri
Tiawati-Sekolah Adat Punan Sumeriot di Kalimantan Utara, Nedine Helena
Sulu-Sekolah Adat Koha di Minahasa, Modesta Wisa-Sekolah Adat Semabue di
Kalimantan Barat, Syaiful Salehudink-Sekolah Bohonglangi’ di Sulawesi Selatan, Faris Bobero-Literasi Halmahera dari Maluku Utara. Pemuda dan Pemudi diatas merupakan penggerak
dalam Pendidikan yang berusaha untuk menjawab keresahan akan permasalahan yang dihadapi di kampungnya. Melalui
sekolah-sekolah adat dan rumah-rumah belajar mereka berusaha mengembalikan
Pendidikan pada khitahnya. Dimana Pendidikan yang kembali dengan mengajarkan
akan budaya,pengetahuan tradisional serta sejarah di wilayahnya adalah langkah
untuk mengembalikan jati diri serta pengetahuan pada anak-anak dan juga kepada
orang-orang tua yang tujuannya untuk menjaga serta mempertahankan wilayah adatnya.
Pentingnya pendidikan
bagi seluruh Rakyat di Indonesia. Selayaknya disesuaikan dengan keberagaman
dari kekayaan budaya dan juga keragaman ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh
masyarakat, khususnya masyarakat adat. Dan yang seharusnya ketika menerapkan
sistem pendidikan sudah seharusnya menyesuaikan dengan keberagaman tersebut. Dan
untuk memperkaya gagasan-gagasan serta ide tentang bagaimana metode
pembelajaran di sekolah adat. Pada tanggal 19-23 Maret 2016 dilaksanakan Retret
Metodologi Pendidikan Adat yang berlokasi di Kasepuhan Ciptagelar-Jawa Barat,
yang diselenggarakan bersama antara AMAN,BPAN,LifeMosaic serta The Samdhana
Institute, kegiatan ini bertujuan untuk Memunculkan gagasan tentang Pendidikan
Adat; Serta berbagi pengalaman, memperkaya wawasan dan saling memperkuat
kemampuan antar Penggerak Pendidikan Adat untuk menciptakan Pendidikan Adat
yang mendukung kedaulatan, kemandirian, martabat dan identitas masyarakat adat. dan kegiatan ini diikuti 15 Pemuda dan Pemudi adat penggerak pendidikan adat di Nusantara.
Catatan ini saya persembahkan untuk semua penggerak pendidikan di komunitas masyarakat adat. yang telah mendedikasikan hidupnya untuk mencerdaskan generasi penerus masyarakat adat, yang mendedikasikan hidupnya untuk terus berjuang mempertahankan wilayah adatnya dari ancaman investasi dan perusahaan-perusahaan yang telah merebut wilayah adatnya, "Semua Orang Itu Guru,Alam Raya Sekolahku", "LongLifeEducation" dan Selamat Hari Pendidikan untuk kita semua.
"Surti Handayani"
Selasa, 26 April 2016
PEREMPUAN DALAM PERBEDAAN DAN KETERBATASANNYA
21.41
No comments
Mungkin akan banyak yang mengira - ngira, ngapain nieh 2 perempuan
yang berbeda berada di dalam 1 kamar??? hehhehe iya dan itu aku sendiri
yang mengalaminya setiap hari, kami bertemu beberapa bulan lalu dan di
kenalkan oleh seseorang dengannya (terima kasih), dan setelah tidur
sekamar dengan dia perlahan - lahan kami berdua saling memahami satu
sama lain, mengerti satu sama lain dan mengingatkan satu sama lain,
intinya kami berusaha untuk saling melengkapi, dan yang sering terjadi
adalah setiap hari Minggu mulutku selalu ngomel...jangan pakai baju itu
kalo mau pelayanan di Gereja, sepatu sama bajumu nggak mathcing, atau
bedakmu dan dandananmu kalo mau ke Gereja kayak gitu?????? hehehehe
mungkin dia merasa kakak ini cerewet bahkan masuk kata bawel
akut....(hehehehe begitulah adanya). nah beda lagi kalo dia yang
ngomel....kakak itu kalo mau ngasap jangan di dekatku, khan aku jadi
pengasap tidak aktif..xixixixixixi atau kakak kalo mau sholat
buruan........(sambil pasang muka centil).
Begitulah keseharian kami di dalam kamar kost yang selalu di isi dengan cerita,curhat,diskusi,pengakuan dosa dan kelakuan dan itupun tidak padang waktu, entah malam, atau pagi..subuh selesai melipat mukenaku,nyadar tidak full time aku melipat mukenaku tapi selalu melihat dia begitu membuka mata terbuka juga Alkitabnya,bersenandung doa diantara sinar matahari yang masih sedikit menyinari kamar kostku, ya aku hanya mampu tersenyum karena ibadahku tidak serajin dia,dan ketika saling mengingatkan yang ada ternyata Tuhan mengirim saudara perempuan meskipun bukan sekandung atau bahkan satu garis keturunan dan kami dari 2 pulau besar yang berbeda.
Bukan hanya itu saja, kami dulu 1 rumah dengan beberapa kawan yang lainnya, selalu ingat ketika Idul Fitri aku pulang kampung dan sisanya tinggal di bogor, namun mereka semua ikut merayakannya, Idul Adha kami semua tidak pulang dan merayakannya bersama - sama, begitu pula ketika Natal...dan tidak ada namanya berbeda, yang ada dalam hati kami adalah bagaimana kami saling menjaga,saling mengingatkan dan saling mengasihi...hingga pada saat natal kemarin, karena saya pindah tempat kost bersama si centil, maka kami berdua memilih pergi belanja perlengkapan Natal dan pohon terang bersama - sama, menghiasnya bersama - sama, dan yang paling lucu adalah ketika menitipkan Resolusi 2015ku ke Pohon Terang, salah satu sahabatku bertanya (Surty sudah pindah keyakinan kah??? atau kau titip doa ke pohon kah???) maaf dengan pertanyaan macam ini, saya langsung tertawa terbahak - bahak....dan bilang dalam hati saya (sedangkal itukah dan perspektif prasangka kalian yang sangat dangkal,membuatku semakin tahu tentang isi kepala kalian).
Bukannya ketika menghargai,mengasihi,menghormati,bukan berarti berganti atau mengganti karena bagiku keimanan dan keyakinanku hanya aku dan Tuhanku yang tahu,namun aku juga selalu menerima semua apa yang sering kalian ingatkan, KULIT & ISI selalu tidak bisa di nilai jika kita melihatnya dengan kacamata prasangka, dan ada lagi keseharian kami, ngopi pagi dan bersiap - siap beraktifitas bersama - sama, hingga suatu ketika kami berdua harus berangkat pagi ke acara akad nikah salah satu sahabat, saling bergegas dan bongkar isi lemari pakaian bareng - bareng,hingga saat di lokasi resepsi dia yang ribet dengan bouqet di tangan mempelai perempuan, nahhhhhhhhhh setelah kami pamit pulang tuh anak masih tertinggal hingga ngikut sang mempelai, dan ternyata keluar dari tempat resepsi dia sudah bawa pulang bouqetnya (malunya minta ampyuuunnnnnnn), namun dengan polosnya dia bilang kakak bouqetnya ini aku minta buat kakak, supaya kakak cepat menyusul (Amiiinnnnnnnnnnnnn...makasih usahanya ya centil),dan dari semua inilah kami berdua saling bercerita tentang apa yang akan kami rencanakan masa - masa mendatang, hingga meluncur dari mulutku (Ellen,seandainya kakak pulang ke Banyuwangi..kamu ikut kakak pulang kampung saja deh) tawaran gilaku ke dia,dan dia hanya bilang gimana dengan keluargaku di Mamasa kakak......(yahhhhh kami berdua kelak juga tidak akan bersama lagi) ketika dia nantinya berkeluarga dan begitupun diriku.
Bertemu dengan kalian semua adalah rejeki yang tak pernah bisa di ganti dengan mata uang dari belahan dunia di manapun, meskipun terkadang aku selalu nodong mata uang dari negara yang kalian kunjungi atau datangi, namun bukan di sanalah aku meletakkannya...susah,senang,sedih,tertawa,berdebat,berdiskusi hingga berdebat bagiku itu adalah rejeki yang tidak bisa di dapatkan lagi ketika kelak kita terpisah, karena umur dan nasib serta tempat tinggal yang kita rencanakan selalu dengan ketentuan lain dariNya,namun jika kelak umurku yang lebih dulu di ambil pemilikNya,tulisan inilah yang akan ku berikan kepada anak - anakku,dengan harapan jika rejeki mereka berlimpah biarlah anak - anakku yang akan menemukan kalian semua...Aamiinnnnnnnn
Begitulah keseharian kami di dalam kamar kost yang selalu di isi dengan cerita,curhat,diskusi,pengakuan dosa dan kelakuan dan itupun tidak padang waktu, entah malam, atau pagi..subuh selesai melipat mukenaku,nyadar tidak full time aku melipat mukenaku tapi selalu melihat dia begitu membuka mata terbuka juga Alkitabnya,bersenandung doa diantara sinar matahari yang masih sedikit menyinari kamar kostku, ya aku hanya mampu tersenyum karena ibadahku tidak serajin dia,dan ketika saling mengingatkan yang ada ternyata Tuhan mengirim saudara perempuan meskipun bukan sekandung atau bahkan satu garis keturunan dan kami dari 2 pulau besar yang berbeda.
Bukan hanya itu saja, kami dulu 1 rumah dengan beberapa kawan yang lainnya, selalu ingat ketika Idul Fitri aku pulang kampung dan sisanya tinggal di bogor, namun mereka semua ikut merayakannya, Idul Adha kami semua tidak pulang dan merayakannya bersama - sama, begitu pula ketika Natal...dan tidak ada namanya berbeda, yang ada dalam hati kami adalah bagaimana kami saling menjaga,saling mengingatkan dan saling mengasihi...hingga pada saat natal kemarin, karena saya pindah tempat kost bersama si centil, maka kami berdua memilih pergi belanja perlengkapan Natal dan pohon terang bersama - sama, menghiasnya bersama - sama, dan yang paling lucu adalah ketika menitipkan Resolusi 2015ku ke Pohon Terang, salah satu sahabatku bertanya (Surty sudah pindah keyakinan kah??? atau kau titip doa ke pohon kah???) maaf dengan pertanyaan macam ini, saya langsung tertawa terbahak - bahak....dan bilang dalam hati saya (sedangkal itukah dan perspektif prasangka kalian yang sangat dangkal,membuatku semakin tahu tentang isi kepala kalian).
Bukannya ketika menghargai,mengasihi,menghormati,bukan berarti berganti atau mengganti karena bagiku keimanan dan keyakinanku hanya aku dan Tuhanku yang tahu,namun aku juga selalu menerima semua apa yang sering kalian ingatkan, KULIT & ISI selalu tidak bisa di nilai jika kita melihatnya dengan kacamata prasangka, dan ada lagi keseharian kami, ngopi pagi dan bersiap - siap beraktifitas bersama - sama, hingga suatu ketika kami berdua harus berangkat pagi ke acara akad nikah salah satu sahabat, saling bergegas dan bongkar isi lemari pakaian bareng - bareng,hingga saat di lokasi resepsi dia yang ribet dengan bouqet di tangan mempelai perempuan, nahhhhhhhhhh setelah kami pamit pulang tuh anak masih tertinggal hingga ngikut sang mempelai, dan ternyata keluar dari tempat resepsi dia sudah bawa pulang bouqetnya (malunya minta ampyuuunnnnnnn), namun dengan polosnya dia bilang kakak bouqetnya ini aku minta buat kakak, supaya kakak cepat menyusul (Amiiinnnnnnnnnnnnn...makasih usahanya ya centil),dan dari semua inilah kami berdua saling bercerita tentang apa yang akan kami rencanakan masa - masa mendatang, hingga meluncur dari mulutku (Ellen,seandainya kakak pulang ke Banyuwangi..kamu ikut kakak pulang kampung saja deh) tawaran gilaku ke dia,dan dia hanya bilang gimana dengan keluargaku di Mamasa kakak......(yahhhhh kami berdua kelak juga tidak akan bersama lagi) ketika dia nantinya berkeluarga dan begitupun diriku.
Bertemu dengan kalian semua adalah rejeki yang tak pernah bisa di ganti dengan mata uang dari belahan dunia di manapun, meskipun terkadang aku selalu nodong mata uang dari negara yang kalian kunjungi atau datangi, namun bukan di sanalah aku meletakkannya...susah,senang,sedih,tertawa,berdebat,berdiskusi hingga berdebat bagiku itu adalah rejeki yang tidak bisa di dapatkan lagi ketika kelak kita terpisah, karena umur dan nasib serta tempat tinggal yang kita rencanakan selalu dengan ketentuan lain dariNya,namun jika kelak umurku yang lebih dulu di ambil pemilikNya,tulisan inilah yang akan ku berikan kepada anak - anakku,dengan harapan jika rejeki mereka berlimpah biarlah anak - anakku yang akan menemukan kalian semua...Aamiinnnnnnnn
ROTAN DAN PEREMPUAN DALAM HIMPITAN EKSPANSI PERUSAHAAN SAWIT
21.25
3 comments
Ketika kita berbicara tentang kebun sawit maka yang ada dalam pikiran
dan angan – angan kita adalah banyaknya uang yang kita dapatkan dari
hasil panen di kebun sawit (itu jika kita/masyarakat) yang
memiliki,mengelola dan memanfaatkannya sendiri, namun apa jadinya ketika
yang memiliki adalah Perusahan – Perusahan,dan dimanakah letak kelola
dan manfaat yang bisa di nikmati oleh masyarakat,khususnya Masyarakat
Adat dan terutama perempuan adat.
Dan ketika kita berbicara tentang perempuan adat terkait dengan pengelolaan,hingga pemanfaatan hasil hutannya, maka kita tidak akan bisa menjauhkan mereka dari sumber – sumber penghidupannya.
Dan hal ini seperti yang di tuturkan oleh Ibu
Mardiana Deren (55 Tahun),beliau seorang PNS (Tenaga Kesehatan) di RSU
Barito Timur,Kalimantan Tengah. Perempuan yang berasal dari Suku Dayak
Ma’anyan,Kecamatan Dusun Timur,Kabupaten Barito Timur ,Kalimantan Tengah
tersebut,menceritakan betapa tidak bisanya perempuan – perempuan adat
di komunitas Dayak Ma'anyan jauh dari Rotan dan Berladang. Dalam
perbincangan beliau (Ibu Mardiana Deren) menceritakan bahwa rotan adalah
salah satu sumber penghidupan yang membantu perekonomian di keluarga
selain berladang, dan di kerjakan oleh perempuan adat di tempatnya,
selain sebagai penunjang sumber – sumber pendapatan,rotan juga menjadi
salah satu alat pelengkap ritual di Suku Dayak Ma’anyan, fungsi rotan
adalah sebagai bahan pengikat tempat – tempat ritual.
Rotan sendiri bisa di dapatkan dari dalam hutan,tepi danau dan sungai serta rawa – rawa, namun setelah masuknya perusahaan – perusahaan sawit ke wilayah adat mereka,dan menutup rawa – rawa,danau serta sungai yang ada,maka hingga saat ini mereka mengalami kesulitan untuk mendapatkan rotan,karena tempat tumbuh dan berkembangnya rotan sudah beralih fungsi menjadi kebun sawit,dan mereka hanya menjadi buruh atau bahkan masih berjuang untuk merebut kembali hak atas wilayah adatnya,yang oleh penguasa pada era 1990 – 2000,tanah – tanah mereka diambil penguasaan dan pengelolaannya. Dan untuk mendapatkan rotan terpaksa mereka membeli dari Kabupaten lain di Kalimantan Tengah. Perlu kita ketahui bahwa rotan memiliki nilai ekonomi yang berkesinambungan baik di jadikan anyaman,maupun di jual utuh ke pasaran,dan kelompok anyaman rotan dampingan Ibu Mardiana Deren (Kelompok Pengrajin Rotan Ngamang Talam) hingga saat ini sudah menjual hasil karyanya di kampung – kampung di Kecamatan Dusun Timur,Pasar Tradisional di Kabupaten Barito Timur dan Gerai Nusantara AMAN – Jakarta.hal ini sebagai bentuk eksistensi rotan dari tangan – tangan Perempuan adat di tengah himpitan masifnya ekspansi perusahaan sawit di wilayah mereka.
Catatan ini saya dedikasikan untuk perempuan – perempuan yang terus berkarya dengan rotan di seluruh Nusantara,terutama untuk Ibu Mardiana Deren,Ekatni Etan Dana,Pipi Supeni,Sritiawati dan kawan – kawan yang tidak bisa saya sebutkan satu – persatu,sembari menunggu waktu rapat lanjutan persiapan Temu Nasional PEREMPUAN AMAN,saya mengajak Ibu Mardiana Deren yang juga sebagai Dewan Nasional PEREMPUAN AMAN Region Kalimantan,untuk menceritakan tentang anyaman rotan dari kelompok perempuan yang beliau dampingi.
Dan ketika kita berbicara tentang perempuan adat terkait dengan pengelolaan,hingga pemanfaatan hasil hutannya, maka kita tidak akan bisa menjauhkan mereka dari sumber – sumber penghidupannya.
Rotan sendiri bisa di dapatkan dari dalam hutan,tepi danau dan sungai serta rawa – rawa, namun setelah masuknya perusahaan – perusahaan sawit ke wilayah adat mereka,dan menutup rawa – rawa,danau serta sungai yang ada,maka hingga saat ini mereka mengalami kesulitan untuk mendapatkan rotan,karena tempat tumbuh dan berkembangnya rotan sudah beralih fungsi menjadi kebun sawit,dan mereka hanya menjadi buruh atau bahkan masih berjuang untuk merebut kembali hak atas wilayah adatnya,yang oleh penguasa pada era 1990 – 2000,tanah – tanah mereka diambil penguasaan dan pengelolaannya. Dan untuk mendapatkan rotan terpaksa mereka membeli dari Kabupaten lain di Kalimantan Tengah. Perlu kita ketahui bahwa rotan memiliki nilai ekonomi yang berkesinambungan baik di jadikan anyaman,maupun di jual utuh ke pasaran,dan kelompok anyaman rotan dampingan Ibu Mardiana Deren (Kelompok Pengrajin Rotan Ngamang Talam) hingga saat ini sudah menjual hasil karyanya di kampung – kampung di Kecamatan Dusun Timur,Pasar Tradisional di Kabupaten Barito Timur dan Gerai Nusantara AMAN – Jakarta.hal ini sebagai bentuk eksistensi rotan dari tangan – tangan Perempuan adat di tengah himpitan masifnya ekspansi perusahaan sawit di wilayah mereka.
Catatan ini saya dedikasikan untuk perempuan – perempuan yang terus berkarya dengan rotan di seluruh Nusantara,terutama untuk Ibu Mardiana Deren,Ekatni Etan Dana,Pipi Supeni,Sritiawati dan kawan – kawan yang tidak bisa saya sebutkan satu – persatu,sembari menunggu waktu rapat lanjutan persiapan Temu Nasional PEREMPUAN AMAN,saya mengajak Ibu Mardiana Deren yang juga sebagai Dewan Nasional PEREMPUAN AMAN Region Kalimantan,untuk menceritakan tentang anyaman rotan dari kelompok perempuan yang beliau dampingi.
Langganan:
Komentar (Atom)















